ini, Kian kecil dan Kereta
Tuesday, May 13, 2008
Labels:
non fiksi
0
comments
*hampir mirip pas aku kecil lah *mekso buangeti*
Kian kecil dengan rambut ikal sebahu, sedang bermain dan bercanda dengan Pamannya, Om Bambang, dirumah kontrakan orang tuanya yang terletak di pinggir rel kereta api, daerah Kebon Pedes. Om Bambang memang sangat enak diajak bercanda, bermain, dan tertawa. Kian kecil sangat menyukainya dan menyayanginya.
Bulan agustus. Kampung Kebon Pedes sedang ramai-ramainya perlombaan dan pertandingan tujuh belasan, tak ingin melewati kesempatan ini Ibunya Kian kecil dipastikan ikut pertandingan voly antar RT disana. Sore itu jadwal pertandingan volly Rt kami melawan RT sebelah. Saat ingin berangkat ke lapangan volly, ibunya Kian kecil melihat Kian kecil masih asyik bercanda dengan Om Bambang, adik Ibunya Kian kecil.
Om Bambang melihat Ibunya Kian kecil berangkat ke lapangan, kemudian dia menuju ke dapur minum air putih beberapa tegak, ngemil sebentar dan segera meluncur ke Lapangan -ingin melihat pertandingan volly kegemarannya- melalui jalan belakang rumah. Kian kecil dipastikan ikut dengan Ibunya, begitu menurutnya.
Ibunya Kian kecil berjalan menuju lapangan melalui jalan depan rumah.
Pertandingan berlangsung seru, di setiap saat jeda, Ibunya Kian Kecil melirik ke luar lapangan melihat Kian Kecil bersorak gembira melihat pertandingan, Kian kecil berada tak jauh (5 meter) dari Om Bambang. "My good brother" dalam hatinya.
Teriakan-teriakan heboh dari mulut Om Bambang menghiasi pertandingan sore itu. Ia melirik ke sebelah kanan, Kian kecil dengan rambut ikal sebahu dikuncir dua sedang meloncat-loncat dan bertepuk tangan. "Ponakan yang lucu, setia menonton Ibunya"
Pertandingan selesai,RT kami menang pertandingan volly sore itu. Para pemain istirahat dan bercanda gurau di pojok lapangan. Penonton bubar kembali ke rumah masing-masing. Pun demiKian Om Bambang berjalan pulang dengan wajah sumringah. "reguku menang..hebat". berjalan pulang menyusuri rel kereta api yang memang sedang kosong tak ada suara kereta mendekat. agak jauh perjalanan pulang, duduk-duduk sebentar di rel. dan kemudian berlari kecil lompat dan sampai di rumah Kian kecil.
Pertandingan selesai, melepas lelah dan bersenda gurau dengan rekan satu tim, melihat ke arah lapangan, ibunya Kian kecil bergumam " ah sudah kosong, Kian kecilku pasti sudah pulang bersama omnya"
Kian kecil berjalan mengikuti Om Bambang agak jauh di belakang (10 meter). " Mama menang..Mama Menang..".sambil menyusuri rel kereta api. Petang itu, banyak orang duduk-duduk di rel kereta api itu. Kian duduk sambil memainkan batu-batu di pinggir rel juga rumput-rumput perdu yang bergoyang setiap kali ditiupkan Kian kecil. Melihat ke kanan, Om Bambang masih duduk di rel. Kian kecil bermain-main batu lagi sambil bersenandung lagu " satu satu aku sayang ibu, dua dua aku sayang ayah..tiga-tiga.."
kenapa tiba-tiba semua sepi, dan tempat duduk Kian kecil bergetar. Kian Kecil menengok ke arah kiri, Sebuah titik hitam yang semakin membesar tiba-tiba muncul " Tuuuuuuuuuuuuuuutttt...tuuuuuuuuuuuuutttt"
Kian kecil tak bisa bergerak...diam terpaku..kaget..dan..."wusssssssssssss..jegrek...Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttt...tuuuuuuuuuuuuuttt"
-Setengah Jam kemudian-
Ibunya Kian Kecil pulang ke rumah, tapi kenapa di pinggir rel itu banyak sekali orang berkumpul.
"ada yang ketabrak kereta api!!" teriak orang-orang disana heboh.
Ingin tahu siapa, ibunya Kian kecil berlari ke arah kerumunan itu. Dan ....
Lemas..pucat pasi..dilihatnya Kian kecil dengan wajah pucat, bibir putih, bingung..
Ibunya Kian kecil langsung memeluk Kian kecil, dan tangisan terdengar..suara tangis Ibunya dan Kian Kecil menyatu menjadi suatu nyanyian penuh noise..
Petang itu, Pak RT pulang dari lapangan.. berjalan menuju rumahnya yang berada di pinggir rel kereta api, tetangga Kian Kecil.
" Tuuuuuuuuuuuuuuutttt...tuuuuuuuuuuuuutttt" kaget..mendengarnya.
dilihatnya Kian kecil yang terpana duduk di rel kereta api dengan tak jauh kereta api tujuan Jakarta ada di belakang Pak RT.
Tanpa pikir panjang, Pak RT langsung lari menerjang tumpukan sampah penuh pecahan kaca, dengan tangan kanan disambutnya Kian Kecil dengan secepat kilat dan "wusssssssssssss..jegrek...Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttt...tuuuuuuuuuuuuuttt"
kereta api melewati samping mereka.
Digendongnya Kian kecil yang masih diam membisu seribu kata dengan wajah pucat pasi.Diletakkannya Kian Kecil di bangku dipinggir jalan kecil itu. Berkumpullah semua orang.
Darah segar masih saja mengalir dikaki Pak RT.
0 comments: to “ ini, Kian kecil dan Kereta ” so far...
Post a Comment